Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, sahabat beriman.
Dalam sejarah, penentangan yang dilakukan orang-orang kafir terhadap para nabi selalu menimbulkan rasa penasaran terhadap letak keberadaan Allah yang mengatur alam semesta dan isinya. Firaun dan Muhammad telah membuktikan di hadapan Nabi Musa bahwa Tuhan yang diutus oleh Allah tidak berada di langit, seperti yang ditegaskan oleh Nabi Musa.
Namun, tahukah kalian bagaimana Firaun membuktikan hal itu kepada Nabi Musa? Sebenarnya, Firaun merupakan gelar yang diberikan kepada pemimpin Mesir 3500 tahun silam. Kesalahpahaman mengenai gelar ini terjadi di kalangan generasi muda muslim, beberapa bahkan tidak mengetahui bahwa Firaun merupakan julukan tertinggi seorang raja di Mesir pada zaman dahulu.
Dalam Alquran, Allah menyebutkan salah seorang yang beriman dari keluarga Firaun yang menyembunyikan keimanannya. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua keturunan Firaun memiliki status kafir. Fakta ini juga disampaikan oleh Syekh Kholid Al Jundi, yang menjelaskan bahwa hanya ada satu Firaun yang mengakui dirinya sebagai Tuhan, yaitu Firaun bernama Menafta.
Sejarah Firaun menjadi umum diketahui di kalangan umat muslim sebagai contoh karakter terburuk. Namun, kurang diketahui bahwa Firaun sebenarnya adalah gelar yang diberikan kepada para pemimpin Mesir dari berbagai dinasti selama ribuan tahun. Ini dijelaskan dalam buku arkeolog Alquran karya Ali Akbar.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengirim Nabi Musa Alaihissalam ke Mesir tidak hanya untuk mengajak Firaun beriman, melainkan juga untuk menyadarkan politikus bernama Hama dan seorang Hartawan bernama Qorun yang telah menyimpang dari ajaran Allah.
Sayangnya, meskipun bukti keterangan yang nyata telah diberikan kepada Firaun, Qorun, dan Hama, mereka tetap sombong di muka bumi. Firaun bahkan mencoba membuktikan keberadaan Tuhan dengan membangun menara langit, namun usahanya berakhir dalam kekufuran dan kedustaan.
Ironisnya, sikap tidak percaya kepada Allah seperti yang terjadi pada Firaun masih terjadi saat ini. Diskusi mengenai keberadaan Allah seringkali berakhir tanpa pemahaman yang baik. Sebagai seorang muslim, lebih penting fokus pada iman dan keyakinan bahwa Allah senantiasa mengawasi.
Pertanyaannya, apakah pantas bagi seorang muslim mencari tahu keberadaan Allah? Tentu, hal ini bergantung pada sudut pandang dan niat seseorang. Namun, yang pasti, keberadaan Allah bukanlah topik pembicaraan yang seharusnya dibahas secara berlebihan, melainkan fokus pada iman dan ketaatan kepada-Nya.
Semoga kita senantiasa mendapatkan petunjuk dari Allah, dan keselamatan senantiasa menyertai sahabat beriman. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, sahabat beriman.
Dalam sejarah, penentangan orang-orang kafir terhadap para nabi selalu memunculkan rasa penasaran terkait keberadaan Allah yang mengatur alam semesta. Firaun dan Muhammad telah membuktikan di hadapan Nabi Musa bahwa Tuhan tidak berada di langit, sesuai dengan dakwaan Nabi Musa.
Meskipun Firaun dikenal sebagai salah satu karakter terburuk dalam sejarah umat manusia, ada fakta menarik yang jarang diketahui oleh kaum muslimin. Firaun sebenarnya merupakan gelar yang diberikan kepada para pemimpin Mesir 3500 tahun silam. Pada masa Nabi Yusuf Alaihissalam, Mesir dikuasai oleh bangsa Hexos, dan pemimpinnya disebut Malik. Namun, sebutan ini berubah menjadi Firaun pada zaman Nabi Musa, di mana puluhan dinasti berkuasa selama kurang lebih 3000 tahun.
Sebagian generasi muda muslim mungkin tidak menyadari bahwa Firaun adalah julukan tertinggi seorang raja di Mesir pada masa lalu, dan tidak semua Firaun memiliki status kafir. Ayat dalam Alquran menguatkan bahwa ada satu Firaun dari keluarga Firaun yang beriman dan menyembunyikan keimanannya, yaitu Firaun Menafta.
Fokus pembahasan tentang Firaun cenderung pada kekejaman, kekafiran, dan pengakuannya sebagai Tuhan, yang membuatnya menindas penduduk Mesir. Allah mengirim Nabi Musa untuk mengajak Firaun beriman, namun bukan hanya untuk itu. Ada pula politikus bernama Hama dan seorang Hartawan bernama Qorun yang menyimpang dari ajaran Allah, yang juga harus disadarkan.
Kisah Qorun, Firaun, dan Haman, seperti yang disebutkan dalam Alquran, menunjukkan bahwa mereka sombong di muka bumi dan akan menghadapi kehancuran. Meskipun Nabi Musa membacakan ayat yang menggarisbawahi keunggulan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, Firaun tetap bersikeras.
Dalam upaya membuktikan keberadaan Tuhan, Firaun memerintahkan pembangunan menara tinggi, yang kini dikenal sebagai piramida. Namun, usahanya berakhir dengan kebohongan di depan rakyatnya bahwa Tuhan Nabi Musa telah mati.
Ironisnya, sifat tidak percaya dan kesombongan Firaun tetap terjadi hingga saat ini. Keberadaan Allah sering dibahas sebagai bahan diskusi, tanpa menyadari bahwa topik ini bukanlah yang pantas dibicarakan berlebihan. Seorang muslim seharusnya fokus pada iman dan keyakinan bahwa Allah selalu mengawasi setiap gerak-gerik hamba-Nya.
Pertanyaan apakah seorang muslim seharusnya mencari tahu keberadaan Allah menjadi perenungan yang tidak mudah dijawab, karena keberadaan-Nya sudah diyakini sebagai inti iman. Allahu Alam.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.